Mon, 30 Jun 2025
Esai / Kontributor / Jan 02, 2021

Bodoh Jangan Dipelihara, Lawan COVID-19!

Pandemi global COVID-19 adalah penyakit baru dan para ahli masih terus meneliti sejauh mana keganasan dan tingkat penyebarannya. Penyebarannya makin hari makin meningkat, khususnya di Indonesia. Selain menimbulkan kepanikan dan ketakutan di kalangan masyarakat, adanya virus ini juga menimbulkan beberapa berita hoaks dan informasi bego. Keadaan berubah cepat dan banyak kekacauan sosial serta berita menyesatkan beredar di masyarakat.

Salah satunya kekacauan sosial yang terjadi saat ini adalah banyak warga yang menolak pemakaman korban COVID-19. Mereka bodoh karena tidak tahu kalau salah satu tujuan pemakaman itu justru untuk mencegah penyebaran penyakit menular. Mereka tidak tahu bahwa virus hanya bisa hidup pada sel yang hidup. Mayat itu dalam 2-3 hari sel-selnya sudah mati. Virus pun ikut mati. Ditambah lagi, ada protokol pemakaman korban virus ini. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sempat juga beredar info mengenai virus corona yang bisa bertahan di udara selama 3 jam. Perlu diketahui bahwa virus itu memerlukan media untuk bisa bertahan hidup. Virus hanya bisa memperbanyak diri jika di dalam tubuh inangnya. Media yang paling cocok bagi virus ini adalah di droplet.

Penyebaran melalui droplet terjadi ketika orang yang sakit batuk atau bersin mengeluarkan percikan cairan (droplet) mengandung virus. Apabila droplet memasuki mata, mulut, atau hidung orang yang sehat, orang tersebut dapat tertular penyakit. Droplet juga dapat menempel pada permukaan benda, terutama kenop pintu, ponsel, dan pegangan tangga. Seseorang berisiko tertular penyakit bila memegang barang yang terkontaminasi, lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan dengan sabun ataupun antiseptik. Penyebaran droplet biasanya terbatas sejauh satu meter. Itulah pentingnya untuk menjaga jarak atau physical distancing.

Saat ini juga muncul fenomena beberapa warga di wilayah Indonesia beramai-ramai membuat bilik penyemprotan cairan desinfektan. Padahal, World Health Organization (WHO) sudah memperingatkan terkait bahaya dari tindakan tersebut. Cairan desinfektan mengandung alkohol atau klorin. Jika disemprotkan pada tubuh, itu tidak akan membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh. Justru akan membahayakan diri sendiri jika terkena pakaian ataupun mata, mulut dan hidung.

Lalu, apa sih efek penyemprotan desinfektan di jalan? Tidak ada. Itu hanya untuk menunjukkan "Kami sudah melakukan sesuatu." Tentu saja kepada orang-orang yang tidak paham. Lalu, bagaimana melawan COVID-19 ini? Mencegah agar tidak terpapar pada virus adalah langkah pertama. Karena itu, tetap tinggal di rumah, menjauhi interaksi dengan orang lain sangat penting untuk dilakukan. Kita bisa menjadi pemutus mata rantai penyebaran.

Orang tidak tahu atau minim ilmu itu berbahaya. Apalagi kalau berani dengan kebodohan, contohnya adalah mereka yang tetap kumpul-kumpul meski sudah dilarang. Mereka berani karena tidak tahu risiko yang mereka hadapi. Ditambah lagi, tidak paham bahwa menurut ajaran agama pun boleh meninggalkan salat berjamaah kalau ada potensi bahaya.

Selain itu, kita harus rajin mencuci tangan dan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah penyebaran COVID-19. Untuk meningkatkan imunitas tubuh, dapat dilakukan dengan beberapa upaya yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia antara lain cukupkan konsumsi protein nabati dan hewani, cukupkan asupan vitamin C, kurangi asupan gula, lakukan aktivitas fisik selama 30 menit (3-5 kali seminggu), dapatkan selalu sinar matahari pagi selama 5-15 menit dan selalu happy thinking (berpikir bahagia).

Berbahagia itu meningkatkan daya tahan tubuh. Kunci kebahagiaan adalah memilah antara "berpikir" dan "khawatir". "Berpikir" menyelesaikan masalah, "khawatir" tidak menyelesaikan apa-apa. Banyak orang khawatir tapi mengira dia sedang berpikir. Apa batasnya? Berpikir adalah menggunakan nalar untuk menganalisis hal-hal yang bisa kita ubah. Khawatir menggunakan otak untuk "memikirkan" hal-hal yang tak bisa kita ubah.

Perlu diketahui bahwa terinfeksi virus itu tidak otomatis sama dengan sakit. Tubuh kita punya sistem kekebalan alami. Sehari-hari sebenarnya virus, bakteri, jamur, berseliweran masuk ke tubuh kita, dihadang oleh sistem kekebalan kita. Jadi, kalau pun kita misalnya terinfeksi virus COVID-19, tidak serta merta kita jadi tidak sehat. Kalau terinfeksi dan ada gejala sakit, bagaimana?

Gejala utama saat seseorang terinfeksi COVID-19 adalah demam, rasa lelah dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.

Jika merasa tidak sehat, demam, lelah dan batuk kering, istirahatlah yang cukup di rumah, banyak minum dan konsumsi makanan yang bergizi. Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hilangkan kepanikan dan stress karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona pada akhirnya bisa sembuh.

Jangan buru-buru minta opname. Rumah sakit sudah kelabakan. Usahakan untuk merawat diri dengan isolasi yang baik. Jauhkan keluarga dari potensi penularan. Jangan manja. Kalau masih bisa, jangan minta pelayanan dari keluarga, agar mereka tak tertular. Kalau memungkinkan, hiduplah menyendiri dulu. Kalau gejalanya parah, barulah minta opname.

Yang masih menjadi kekacauan sosial saat ini juga adalah penimbunan APD yang dilakukan masyarakat. Pakai APD kelas hazmat itu tidak perlu. Ketahuilah bahwa APD itu tidak membunuh virus. Ia hanya menahan. APD didesain untuk orang yang bekerja pada intensitas paparan virus tinggi, seperti menangani pasien dan korban meninggal, dalam waktu lama. Bagi orang biasa, pakai baju biasa saja sudah cukup. Kuncinya, begitu Anda pulang, tiba di rumah, segera ganti baju, mandi, dan cuci baju Anda. Itu sudah cukup. APD itu dibuat karena para pahlawan yang berada di garis depan itu tidak bisa ganti baju.

Terlebih lagi penimbunan masker. Banyak orang yang sekarang beramai-ramai membuat masker sendiri dari kain. Efektifkah? Kalau maksudnya untuk menahan virus, tidak terlalu efektif. Virus itu ukurannya dalam orde 20-400 nanometer. 1 nanometer itu satu per seribu mikron. Virus COVID-19 itu ukurannya sekitar 125 nanometer. Sedangkan pori-pori kain tenun (woven fabric) sekitar 30 mikron. Jadi ukuran virus itu kalau dibandingkan dengan pori-pori kain kira-kira setara dengan kita masuk terowongan dengan luas penampang sebesar lapangan badminton.

Kalau ada virus terbang, lewat di masker tadi, ia seperti memasuki lorong besar saja. Virus sebenarnya tidak terbang tunggal. Ketika orang bersin atau batuk, yang terhambur adalah virus bercampur lendir. Ukurannya memang tidak sekecil virus. Tapi masih sangat kecil, yaitu 0,1 - 10 mikron. Jadi masih sangat kecil dan sangat mudah lolos pada pori-pori kain tadi.

Namun, bukan berarti masker kain ini tidak ada gunanya. Kalau ada orang yang bersin atau batuk, setidaknya masker itu jadi pelindung agar semburan batuk dan bersin tidak menyebar. Selebihnya, masker ini hanya bisa menahan virus dengan efektivitas sekitar 5%. Kasarnya, masker kain itu adalah sesuatu yang tidak standar, tidak pernah diukur efektivitasnya. Jadi, kita hanya bisa mengira-ngira. Efektivitasnya, tidak ada yang tahu.

Sebenarnya, sisi positif dari adanya COVID-19 adalah mengubah gaya hidup kita yang tadinya acuh tak acuh menjadi lebih menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kelebihan COVID-19 hanya cepat menular dan menempel di saluran pernapasan manusia. Kenali kelemahan dari virus dengan jelas supaya bisa diatasi. Semakin kita diamkan paparan virus, maka virus akan semakin lama juga.

Dengan adanya COVID-19 ini pula, kita dituntut untuk terus mencari informasi yang jelas kebenarannya. Berhentilah jadi orang bodoh! Mari menjadi manusia yang solider, bukan soliter. Esai ini disampaikan bukan oleh pakar kesehatan. Hanya seorang warga negara yang ingin membantu bangsa ini berpikir waras di tengah krisis ini.

 

Penulis: Fatiha Izza Tuslamia, mahasiswa Keperawatan UIN Alauddin Makassar, berorganisasi di HMI Cabang Gowa Raya, dan Forum Awardee Beasiswa Unggulan Indonesia Timur.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.