Daya Nalar Rendah
Daya nalar merupakan kesanggupan seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan akal fikirannya atau kekuatan berfikir ataupun usaha untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan baik dan buruknya akal. Daya (power) merupakan suatu kekuatan yang dimiliki sedangkan nalar (reasoning) adalah suatu proses berfikir pencapaian logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat ini, diperlukan knowledge, skill, ability untuk menjadi manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global. Dengan pandemi COVID-19 ini manusia semakin menjadi terbuai oleh sosial media, langsung menelan mentah-mentah suatu berita lalu menyebarkan tanpa mencerna terlebih dahulu informasi tersebut.
Dengan maraknya berita hoaks ditengah-tengah masyarakat yang kurang berfikir kritis, mengakibatkan cemas dan ketakutan yang berlebihan yang tentunya berdampak buruk bagi diri sendiri. Betapa banyaknya masyarakat yang saat ini dibodoh-bodohi, ditipu dan lainlainya.
Oknumnya jelas salah, tapi mereka tidak akan mampu melakukan kejahatannya kalau kita sendiri mampu berfikir kritis. Yah seperti contohnya saat ini banyak orang yang diiming-imingi dengan kekayaan, kekuasaan, kemudahan, dan lain-lainnya. Orang hanya fokus kesana, mereka tidak sadar kalau mereka sedang dibodohi, ibarat menggali lubang sendiri.
Berdasarkan esai yang dimuat di pronesiata.id dengan judul Corona Melanld, Hoaks Merajalela yang ditulis oleh Mudassir, total informasi hoaks mengenai COVID-19 terjadi sebanyak 232 kasus. Data yang dirilis oleh Polri mengungkap sebanyak 30 orang terjerat kasus penyebaran hoaks terkait COVID-19.
Lalu bagaimana cara meningkatkan daya nalar? Dengan cara berfikir kritis, edukasi, mengembangkan knowledge dan yang paling penting cari berdasarkan fakta. Jika para oknum atau penipu tidak henti-hentinya menyebar pembodohan maka kita sebagai manusia masih memiliki akal, gunakan sebaik mungkin, maka itu akan menolongmu.
Adapun penelitian dari Bruine dan rekan-rekannya yang berjudul Pembuat Keputusan yang Buruk Disebabkan Kurangnya Keterampilan Bernalar, mereka merancang penelitian untuk menentukan apakah tes ini benar-benar mengatakan sesuatu yang bermakna dan kualitas keputusan yang dibuat orang dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Timnya meminta 360 orang dari berbagai latar belakanv untuk menyelesaikan tes hipotesis standar yang menilai keterampilan bernalar. Kemudian para peneliti bertanya kepada subjek tentang pengalaman kehidupan nyata mereka dan seberapa sering mereka berakhir dalam situasi yang buruk. Hasil temuannya yakni orang-orang yang berkinerja lebih baik pada tes penalaran hipotesis, pada kenyatannya lebih kecil kemungkinannya berakhir dalam situasi yang buruk.
Dengan menulis ini, penulis berharap masyarakat mampu berpikir kritis dan menggunakan logika sebelum menerima informasi. Mana mungkin kita bisa langsung mempercayai hal yang belum tentu ada faktanya.
Riset adalah satu contoh yang bisa dilakukan untuk mencari kebenaran, mengungkapkan fakta yang sebenarnya, mencari sumber terpercaya. Lalu, mari kita memikirkan problem solve apa yang tepat, memikirkan dampak apa saja yang akan terjadi. Dengan banyaknya kaum apatis dan kapitalis yang semakin marak saat ini, mari lawan dengan cara berfikir kritis, memainkan logika dan dengan memahami cara kerja evolusi mahkluk hidup. Be smart!
“Hati ini lelah menangis, melihat kehidupan yang begitu miris, bagaimana hati ini tidak menangis?! Dunia dipenuhi dengan kaum kapitalis, jika memperjuangkan dan membela hak sendiri dibilang egois. Lalu, lebih egois mana dibanding mereka yang sering mengucap janji manis.
Salam dari penulis si otak hijau.
Penulis: A. Anisa T'sana, akrab disapa Tesa ini merupakan mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar.