Di Balik Pandemi COVID-19
Beberapa pekan terakhir sebelum tulisan ini usai, masyarakat di tanah air dan bahkan masyarakat global sedang dilanda kepanikan dan ketakutan yang luar biasa akibat sebuah pandemi yang cukup mengerikan. Bagaimana tidak, hampir setiap saat, baik di media pemberitaan maupun online masyarakat terus disugukan oleh data yang kevalidannya telah diuji oleh masing-masing instansi tertentu. Data tentang jumlah manusia yang sekian ribu banyaknya harus menjadi korban akibat Pandemi global yang dimaksud.
Virus SARS-CoV-2 merupakan jenis virus yang menyebabkan individu terinfeksi COVID-19. kemunculan COVID-19 ini cukup menghantui masyarakat global di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, era dimana munculnya berbagai macam model dan bentuk teknologi yang bisa membantu mempercepat segala urusan dan pekerjaan manusia. COVID-19atau mayarakat awam menyebutnya Virus Corona telah merenggut ribuan nyawa manusia di berbagai belahan dunia hanya dalam waktu singkat.
Berdasarkan data yang diperoleh South Morning China Post, kasus pertama virus corona yakni diidap oleh seorang individu berusia 55 tahun yang berasal dari Hubei, China yang menjadi orang pertama yang terjangkit Virus COVID-19. Kasus tersebut menurut data tercatat pada 17 November 2019. Hingga setelah itu 1 hingga 5 kasus COVID-19 dilaporkan setiap hari. Dan pada 15 Desember, total infeksi COVID-19 sudah mencapai 27 orang dan mencapai 60 orang pada 20 Desember.
Pada 27 Desember 2019, seorang dokter dari RS Pengobatan Terpadu China dan Barat China Provinsi Hubei Zhang Jixian memberi tahu otoritas kesehatan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus Corona baru. Saat itu lebih dari 180 orang telah terinfeksi. Kemudian para ahli di seluruh dunia mulai tak hentinya untuk mempelajari virus SARS-CoV-2, menguji vaksin, serta memberikan perawatan supaya pandemi global ini segera berlalu.
Sepanjang Desember hingga Februari masyarakat di Indonesia masih menyaksikan dari jauh, dari luar negeri peristiwa akibat pandemi COVID-19, dimana korban-korban berjatuhan menjadi berita yang selalu diupdate hingga mencapai sekian jumlahnya. Hingga pada awal Maret COVID-19 masuk ke wilayah Indonesia. Padahal beberapa waktu sebelumnya pemerintah pernah menyatakan memberikan stigma bahwa COVID-19 tidak bisa masuk ke Indonesia karena tidak tahan dengan panas Indonesia dan pernyataan-pernyataan pemerintah yang lain seiring waktu belum masuknya COVID-19.
Sampai tiba teridentifikasi kasus pertama individu terinfeksi COVID-19 di Indonesia muncul pada tanggal 2 Maret 2020 di wilayah Depok, Jawa Barat yang berasal dari warga Jepang. Dari tanggal 2 Maret 2020 hingga pada hari ini jumlah orang yang terindikasi positif COVID-19 mencapai angka lebih dari 2000 orang yang tercatat dari seluruh wilayah di tanah air. Belum lagi orang-orang yang masuk dalam PDP dan ODP dan ratusan orang yang telah meninggal dunia.
Di tengah pandemi global COVID-19, banyak perubahan sistem yang terjadi di masyarakat. Banyak upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Mulai dari kebijakan sistem pendidikan, kebijakan hukum, bidang kesehatan, perhubungan, dan kebiasaan-kebiasaan sosial masyarakat.
Pertama yakni perubahan kebijakan pada sistem pendidikan. Mulai dari pernyataan Mendikbud bahwa Ujian Nasional Tahun 2020 untuk Sekolah Dasar hingga Menengah dihapuskan atau ditiadakan. Kebijakan penghapusan UN yang sebelumnya baru ingin direalisasikan pada tahun 2021 sebab akibat adanya Pandemi COVID-19 kebijakan tersebut direalisasikan lebih cepat. Dengan maksud dan tujuan untuk mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19.
Setelah itu kebijakan belajar di rumah atau belajar melalui sistem daring. Dihitung mulai tanggal 17 Maret 2020, hampir semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi telah mengeluarkan surat edaran himbauan bahwa kegiatan belajar mengajar dipindahkan dari ruang kelas ke sistem daring secara keseluruhan. Jadi tidak ada lagi aktivitas belajar dan mengajar di kelas dalam pertemuan tatap muka antara pendidik dengan siswa/pelajar secara langsung hingga waktu yang belum ditentukan.
Belajar, kuliah, presentasi, diskusi, ujian tengah semester (UTS), tugas, ujian proposal, semua dilakukan dalam sistem online/daring #dirumahsaja atau bagi mahasiswa yang masih bertahan #dikossaja. Demi mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19 yang tengah mewabah di masyarakat, sebab virus ini tidak bisa diprediksi atau diketahui dimana atau dari siapa/individu mana yang akan menyebarkan maka pemerintah menghimbau pada seluruh masyarakat untuk menerapkan social distancing dan physical distancing. Physical distancing atau menjaga jarak fisik salah satu kunci tekan pencegahan penyebaran COVID-19.
Meski sebenarnya terkhusus bagi mahasiswa, seiring beberapa waktu penerapan sistem kuliah online, muncul hal-hal yang menjadi hambatan. Mulai dari masalah adanya keterbatasan akses internet, kurang efektifnya proses pembelajaran, beban tugas yang berat, ketidakteraturan jadwal kuliah hingga keluhan mahalnya biaya internet dan keluhan bosan kuliah di rumah.
Tapi jika dapat disarankan, ada baiknya jika kita cukup menikmati proses yang ada, selain karena memang itu adalah resiko dari sebuah sistem, hal-hal tersebut juga terus akan kita lakukan karena tidak ada pilihan untuk menghindar. Apa gunanya menggerutu, pekerjaan akan lebih terasa ringan ketika dikerjakan dengan ikhlas dan santai, insya Allah ilmunya dapat berkahnya juga dapat.
Mari bersama lawan Corona, yang sakit silahkan lindungi yang sehat, dan yang masih diberikan kesehatan mari lindungi yang sakit, dengan bantu mereka memenuhi kebutuhan mereka selama masa isolasi diri di rumah dengan jangan membiarkan mereka keluar rumah. Jaga diri dan keluarga.
Banyak hal yang terjadi dibalik Pandemi COVID-19. Mulai dari munculnya beberapa stigma dari masyarakat kepada para tenaga medis yang melarang mereka pulang ke tempat tinggal mereka karena dianggap akan membawa virus ke lingkungan mereka. Padahal perlu kawan-kawan dan masyarakat ketahui bahwa para tenaga medis sudah dibekali dengan APD sesuai dengan standar.
Jadi sudah seharusnya hal-hal semacam stigma negatif utamanya bagi para tenaga medis dihilangkan, mereka justru seharusnya mendapatkan penghargaan, karena merekalah yang berada di garis terdepan untuk menolong korban dari COVID-19. Kemudian ribuan pekerja dari ratusan perusahaan yang dikenakan PHK, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karantina wilayah, lockdown, hingga pembebasan 30.432 narapidana dewasa dan anak oleh Kemenkumham, yang dengan beberapa alasan masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat terhadap pengimplementasiannya.
Pemerintah dan kita semua tentu tidak hentinya berupaya agar Pandemi ini segera berakhir. Masing-masing pemerintah di berbagai wilayah telah mengupayakan mempersiapkan ribuan tenaga medis baru untuk tangani pasien COVID-19, pencadangan anggaran, penyediaan alat rapid test COVID-19, hingga memberikan bantuan berupa tunjangan dan kebutuhan sehari-hari pada masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19.
Semangat para sukarelawan pun sama besarnya, bersama kita lawan Corona. Ikuti anjuran pemerintah, cuci tangan dengan sabun, gunakan masker ketika berada di luar rumah, dan berpikir positif bahwa Pandemi COVID-19 pasti akan segera berlalu. Jangan panik, jangan cemas, senangtiasalah bertenang, tetapi tetaplah waspada dengan tidak kemana-mana dan tetap di rumah saja. Lakukan upaya apapun untuk menghindari potensi terjangkit virus berbahaya tersebut, ikhtiar tentu bagus tetapi jangan lupa tawakkal begitupun sebaliknya.
Maka stay safe kawan-kawan lakukan hal yang menyenangkan bersama keluarga, dan lakukan kegiatan produktif semisal baca buku, menulis, mengerjakan tugas, merangkum materi kuliah, agendakan hal-hal yang ingin kamu tuntaskan ketika kembali masuk kuliah, dan saatnya istirahatkan tubuhmu dan nikmati waktu selama kuliah daring, hitung-hitung ini bisa jadi cara untuk menebus utangmu yang sering kali mengesampingkan kebahagaianmu demi kesibukan kuliah dan berlembaga.
People whistle or sing while passing near a cemetery in the darkness! The same thing is happening now; The fear if coronavirus pushes people to give morale to themselves!
Penulis: Riska Andriani, mahasiswa PGSD Universitas Negeri Makassar, memiliki motto berpikir, bergerak, dan berjuang!