Dua Puisi Karya Sakinah
Surat Cinta Untuk Mahasiswa
Kepada kau yangg menyandang gelar mahasiswa
Ini surat mesra dariku semoga romantis bagimu
Pada waktu yang tak sama aku mencoba mencari dikau dan menemukan mu dalam sepi
Mungkin kau sedang bersenandung indah ataukah sedang berkerudung belati bertopeng idealis
Di waktu yang sama aku menemukan namamu yang jatuh tergeletak bersama rezim orde baru sembari tertunduk aku teringat perjuanganmu di belantara duka
Sungguh tragedi yang belum pernah kutemui dalam sejarah nafasku
Namun aku telah terjatuh dalam ke dasar khayalku
Tentang merdunya lantunan orasi melahirkan reformasi
Kepada kau yang menyandang gelar mahasiswa
Jika esok kau menemukanku di atas mimbar orasi kuharap kau mengulurkan tanganmu dengan ikhlas
Membakar teriakan meneteskan keringat pengorbanan dengan cinta
Ataukah mungkin kau menemukan tubuhku berwajah lesuh, meringis, menggila, tersenyum bahkan tertawa bukan di atas panggung teater kuharap kau dengan lebih ikhlas berjalan dan menemaniku
Sebab jiwaku sedang mekar dan berdendang di atas kuncup-kuncup kebencian
Merawat benih keadilan kelak esok kita tidak melupa
Satu hal yg belum kau tau bahwa diawal pertemuan kita yang saling mengenal aku mendamba revolusi yang kelak kau suguhkan di depan mataku
Apalah arti kita berbincang tentang kekasih sementara revolusi belum kita raih
*
Selarik Rindu
TELAH KUTULIS DEBAR-DEBAR PUISI PADA SENJA KALI INI
YANG KUTITIPKAN PADA KESIUR ANGIN DARI TIMUR TENTANG MATAMU
JUGA,SEPOTONG LANGIT YANG TERPERANGKAP SETIAP KALI AKU MENATAPNYA
MEMBERI TEDUH BAGAI SEGEROMBOLAN AWAN YANG MENYANGGA MATAHARI
LALU
PADA JAMUAN RINTIK KALI INI
ADA SELARIK RINDU YANG MENYUSUP KE BALIK DINDING DADAKU
SEOLAH MENJADI SEBAB,MENGAPA SENJA KALI INI KITA MESTI MERANGKAI BANYAK KATA-KATA
BUKAN NIAT
BUKAN KEMAUAN
TAPI KARENA INI KESEPAKATAN
AKU, KAU HANYA BERJALAN SESUAI ATURAN
WAJAHMU TERNGIANG BUKAN HANYA PADA SECARIK KERTAS LICIN
BUKAN PULA PADA LAYAR BERADIASI
DATANGMU YANG TAK TERENCANAKAN
TERNYATA MELAHIRKAN PERGI DENGAN RATAPAN TAK TERHINAKAN
MUNGKIN
AKU AKAN TERBIASA DENGAN TIDUR-TIDUR NYENYAKKU
TAPI DIHANTUI OLEH RINDU-RINDU PERMANEN
BAHKAN SEMUA HAL-HAL KECIL TENTANG KITA
AKANKAH
KITA PADA AKHIRNYA HARUS MEMATAHKAN HATI MASING-MASING
DAN MENYIMPAN KENANG SEPANJANG MUSIM
TENTANG
SUATU TANDA TANYA YANG AKAN MATI PALING TERAKHIR
MASIHKAH KAU MENCINTAIKU
SEBELUM DAN SESUDAH SENJA INI BERAKHIR
Penulis: Nur Sakinah Kamal, mahasiswa Matematika Universitas Negeri Makassar.