Puisi-Puisi Novi Yonantias
Memeluk Kegelapan
Waktu kelam dan waktu bahagia saling dipertemukan
Menyapa dingin kegelapan malam sudah jadi keseringan
Saling bertukar canda yang menyakitkan
Kejam bukan?
Lingkaran waktu terus saja melemparmu ke dalam gelap
Sedih sudah jadi racun dunia yang mematikan
Waktu sudah jadi pengingat paling menyeramkan
Kita sudah terlalu sering memeluk kegelapan hingga lupa bahwa abadi bukan milik manusia
Masih bisakah berdiri sombong di hadapan Tuhan?
*
Sebelum Juni Berakhir
Di manakah waktu bisa melebur bersama hujan?
Adakah yang lebih rapuh dari kayu lapuk yang diguyur hujan?
Kita masih sama namun sudah hampa
Kita saling melempar tawa pun menangis bersama
Masih ada titik temu tapi samar-samar
Hampir berakhir bulan Juni itu
Dibasahi banyak hujan yang menyimpan kenangan semu
Jalanan masih saja basah tanpa bisa menghapus jejak duka
Juni selalu tabah mengenang duka
Juni juga selalu bahagia ditemani hujan
Hampi berakhir masa itu
Menyambut perayaan pergantian memang selalu menyenangkan
Pun sedih ikut mengekor dari belakang
Apakah berakhir sudah jadi pilihan paling serius?
Bukan pilihan, tapi kenyataan yang memilih
*
Di balik Secangkir Kopi
Kala itu langit berwarna kelam
Biru bukan lagi jadi warna utama
Langit terasa jauh lebih menyeramkan
Sepasang manusia tetap bercanda dan melempar tawa di bawah langit hitam
Tidak takut!
Bahagia sudah jadi milik berdua
Uap panas dari cangkir kopi hitam telah menjadi saksi cinta buta sepasang merpati
Mereka terlalu suka suasana pagi mendung
Minum kopi hitam berdua di beranda rumah
Lalu tersenyum naïf dibelenggu tatapan cinta
Yang fana bukanlah waktu, tapi cinta kita berdua
Penulis: Novi Yonantias, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Padang.