Tue, 01 Jul 2025
Esai / Kontributor / Dec 25, 2020

Calon Pemimpin DI Tengah Pandemi COVID-19

Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan adanya suatu penyakit yang sangat mematikan berasal dari hewan kelelawar yang berada di kota Wuhan, China. Virus mematikan yang proses penyebarannya cukup cepat ini dalam jangka waktu 4 bulan terakhir sudah melumpuhkan lebih dari 200 negara di dunia termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri sudah lebih dari 11.000 orang terinfeksi, dan lebih dari 800 orang yang meninggal dunia karena virus corona, ini menandakan bahwa betapa berbahayanya penyakit ini. Hal ini mendorong beberapa daerah di Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan guna menjadi solusi bagi masyarakat di daerah masing – masing.

Selain itu, tahun 2020 menjadi tahun politik untuk berbagai provinsi, kabupaten, dan kota, yang ada di Indonesia. Pasalnya, beberapa provinsi, kabupaten, dan kota akan melakukan pilkada serentak tahun 2020. Dengan mewabahnya virus corona atau yang lebih keren disebut COVID-19 menjadi sebuah persoalan untuk daerah masing – masing dalam mengambil sebuah keputusan. Virus ini bukan hanya menjadi persoalan biologis, tetapi lebih ke ranah sosial, ekonomi, politik dan agama.

Tentu ini menjadi sebuah kesempatan besar bagi setiap calon kepala daerah untuk mengambil hati masyarakat tempat mereka bertarung. Mulai dari sosialisasi program visi misi, hingga kegiatan kemanusiaan gencar dilakukan ditengah pandemi demi merebut suara masyakarat.

Hal ini mendorong penulis untuk melihat bagaimana perilaku para calon kepala daerah melalui pandangan teori dramaturgi dari sosiolog Erving Goffman. Dimana teori Goffman ini berasumsikan bahwa hidup ini merupakan panggung sandiwara. Dimana kehidupan sosial itu dibagi atas dua hal, yaitu panggung depan (Front Stage) dan panggung belakang (back stage)

Singkatnya, bagi Goffman bahwa orang - orang berinteraksi selalu ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai impression management, yaitu cara yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu

Fenomena ini menunjukan bagaimana para calon kepala daerah melakukan kegiatan bagi-bagi masker dan sembako ditengah pandemi COVID-19 yang sebelumnya jarang bahkan tidak pernah sama sekali dilakukan. Mengapa ini terjadi? Karena pandemi COVID-19 ini merupakan momentum untuk menunjukan pada masyarakat bahwa mereka merupakan pemimpin yang peduli akan nasib rakyatnya.

Pada momen pandemi COVID-19 seluruh calon kepala daerah turut ambil bagian dalam kegiatan kemanusiaan. Mereka bertindak, berpenampilan, bergaya seolah – olah mereka peduli akan kondisi saat ini dengan memberikan masker, sembako, hand senitizer, dan sabun pada masyarakat untuk menimbulkan kesan bahwa mereka adalah pemimpin yang baik dan peduli. Padahal bagi Goffman apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah permainan panggung sandiwara belaka untuk mencapai tujuan mereka menjadi seorang kepala daerah.

Disisi lain, tanpa disadari oleh masyarakat sendiri para calon kepala daerah berlomba-lomba untuk merebut dukungan partai politik sebagai tiket untuk dapat bertarung di pilkada 2020 bulan Desember nanti. Dalam pandangan Goffman ini kita bisa memahami bagaimana para calon kepala daerah memainkan panggung depan dengan melakukan kegiatan, tindakan, penampilan layaknya orang yang peduli akan nasib rakyat ditengah pandemi COVID-19.

Pertanyaan inti untuk mengukur kepedulian mereka terhadap nasib rakyat adalah bagaimana visi misi para calon kepala daerah untuk 5 tahun yang akan datang? Bukan seberapa banyak kegiatan yang mereka lakukan. Tapi kayaknya pertanyaaan seperti ini agak sedikit terpinggirkan ditengah pandemi COVID-19.

Teori ini membuka mata kita sebagai orang awam untuk memahami kegiatan kemanusian yang dilakukan oleh para calon kepala daerah ditengah pandemi COVID-19 hanyalah sandiwara belaka. Sudah selayaknya masyarakat harus berfikir secara kritis dan melihat rekam jejak para setiap calon pemimpin guna mendapatkan pemimpin yang terbaik untuk satu periode yang akan datang.

 

Penulis: Juliansyah, Forum Kreativitas Anak Kabupaten Banggai (FORKAB) Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.