Jalangkung Masa Kini
Jalangkung adalah sebuah boneka mistis yang dipanggil mengunakan ritual nyanyian nyanyian yang identik dengan kata "pulang tak dantar datang tak dijemput" dan dapat mengganggu kesadaran pemanggilnya.
Lantas, apa hubungannya dengan modern, modernisasi, dan moder moder peradaban lainnya? Modern secara sederhana dapat diartikan sebagai pola berpikir berkemajuan sesuai dengan keadaan zaman. Jika kata "modern" diumbuhkan dengan "sasi" maka akan ditemukan pengartian sebuah pergeseran sikap ataupun mentalitas yang sesuai dengan keadaan zaman.
Masih belum nyambung dengan jalangkung? Dan kenapa harus jalangkung? Kenapa bukan makhluk makhluk mitologi nusantara lainnya seperti buto ijo, pocong, parakang, poppo, birokrasi yang jujur, politik untuk kaum protelar dan berbagai makhluk mitos lainnya.
Yah, seperti yang dikatakan di awal parakang identik dengan lirik "pulang tak diantar datang tak dijemput". Nah, di zaman modern yang katanya pembaharuan ini jalangkung juga berkembang dalam bentuk industri, ekonomi, bahkan melanglang buana hingga dalam aspek politik.
Makhluk itu seperti makhluk makhluk mitos lainnya yang bergerak dalam keadaan ghaib atau tersembunyi. Konon katanya, hanya orang orang tertentu yang dapat merasakan keberadaannya. Makhluk itu datang karena adanya undangan dari para pemanggilnya.
Modern ini, ritual undangan itu dapat berupa RUU omnibus law, RUU KPK, dan berbagai RUU yang dianggap dapat mendatangkan makhluk tersebut. Perkembangan dari ritual undangan tersebut telah mendekati 70% mengingat baru baru ini telah disahkannya RUU Minerba.
Sebagaimana konteks awal yang dikemukakan bahwa jalangkung ini dapat mengganggu kesadaran pemanggilnya. Hari ini aspek kehidupan seperti halnya ekonomi dan politik telah dirasuki oleh jalangkung tersebut. Kesadaran dari pemanggil jalangkun yang bekerja di perekonomian nampaknya telah dirasuki oleh jalangkun tersebut.
Dapat dilihat kala pandemi seperti ini dan suasana ramadhan kemarin. Kebijakan yang dikeluarkan dirasa seperti orang yang sedang dirasuki karena sikap labilnya.
Seperti dikutip dari hukumonline.com tentang iuran BPJS, dalam keputusan Mahkamah Agung telah membatalkan kenaikan tarif tersebut setelah mengabulkan judicial review atas PP Nomor 75 Tahun 2019 tentang perubahan atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang jaminan kesehatan. Namun, pada Maret 2020, BPJS Kesehatan masih memberlakukan tarif mengacu pada Perpres 75/2019.
Ataukah tentang pernyataan Kemenag yang dianggap labil dalam menentukan sikap terkait UKT/SPP mahasiswa PTKIN. Tertanggal 6 April, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kemenag mengeluarkan surat pemotongan. Malang nasib mahasiswa, 2 minggu setelahnya tepatnya pada tanggal 20 April beredar surat pembatalan pemotongan tersebut.
Terlepas dari segala alasan yang dibahasakan oleh Tan Malaka sebagai birokrasi yang seve-your-self, hari ini para pelaku ritual tersebut nampaknya memang sudah kehilangan sedikit kesadarannya.
Sebagaimana kultur budaya di seluruh wilayah Indonesia jika ada yang terkena hal hal mistik maka sebagaimana kebiasaan masyarakat yang hobi membawa pasien ke tempat tempat orang yang "dianggap" pintar. Beberapa orang menganggap hal itu sebagai "musyrik". Terlepas dari konsep "musyrik" oleh umat beragama. Menjadi permasalah kemudian orang orang yang "dianggap" pintar tersebut atau dukun, atau tabib, atau apapun istilahnya kini tidak sepintar jalangkung yang mulai dapat hidup modern.
Kini masyarakat tidak dapat berharap pada penyembuhan oleh orang orang yang "dianggap" pintar tersebut karena kemampuan sudah terjadi kesenjangan yang cukup besar. Cukup untuk membuat jalangkung berkuasa. Kesenjangan kekuatan daripada kedua makhluk Tuhan ini menjadikan orang orang yang "dianggap" pintar tersebut tunduk pada regulasi yang dikeluarkan jalangkung.
Karena proses kekuasaan itu. Maka, penulis mengharapkan masyarakat yang merasakan keberadaan jalangkung itu dapat saling rangkul bantu membantu agar dapat terlepas dari segala bentuk penindasan daripada jalangkung modern.
Hari ini jalangkung modern tidak lagi terbuat dari bahan bahan seperti batok kelapa, ranting kayu bakar, dan berbagai bahan penyusunnya yang dapat kita temui dalam hutan. Karena hutan telah digantikan oleh lahan sawit, pabrik pabrik, bahkan menjadi ibukota. Jalangkung hari ini telah berkembang dengan segala modernisasi yang meliputinya.
Bahwa benar doktrin agama yang mengatakan "Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut” yang artinya "Setiap yang bernyawa pasti akan mati". Bahwa benar jalangkung adalah makhluk yang suatu saat akan binasa. Namun, yang menjadi pertanyaan hari ini siapa yang binasa duluan? Siapa yang akan kalah? Siapa yang akan menang? Siapa yang akan terbelenggu?
Perang mistis pun sebenarnya telah lama dimulai. Kekuatan yang dapat mengalahkannya hari adalah kekuatan kolektif atau gotong royong.
Demikianlah kisah jalangkung modern di negri agraris yang katanya merupakan tanah yang subur nan kaya. Kita tunggu bersama sama kelanjutan kisahnya. Penulis harap masyarakat dapat bekerja secara kolektif untuk mengalahkan kekuasaan yang semena mena.
Penulis: Muhammad Ian Hidayat Anwar, Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah.