Tue, 01 Jul 2025
Esai / Kontributor / Jan 06, 2021

Menabur Benih Toleransi di Media Sosial

Kehidupan modern saat ini hampir tidak dapat dipisahkan dari dunia maya dan internet terlebih dengan hadirnya platform media sosial  seperti WhatsApp, Youtube, Facebook, Twitter, Instagram telah memberikan dampak luar biasa bagi perkembangan tatanan masyarakat, tidak terkecuali dalam pola keberagamaan.

Secara sederhana media sosial dapat dikatakan sebagai sarana dan prasarana dalam berkomunikasi secara tidak langsung ataupun sebagai tempat untuk berbagi informasi secara cepat. Akan tetapi, media sosial sering kali digunakan untuk menyebar pesan kebencian, ajakan intoleransi, dan tindakan radikal.

Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Tingginya angka pengguna media sosial di Indonesia memberi resiko besar terhadap penyebaran konten negatif dan intoleransi ataupun ujaran kebencian yang menimbulkan konflik.

Hal ini membuat media sosial mampu menciptakan ruang intoleran. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya  untuk menabur benih-benih toleransi di media sosial dalam mengatasi persoalan ini. Untuk menguatkan statement tersebut berikut ini adalah dua paragraf yang membahas tentang  persoalan intoleransi di sosial media beserta solusinya.

Intoleransi membuat orang-orang terpolarisasi berdasarkan identitas suku, ras, politik, dan masalah agama dimana media sosial telah digunakan untuk dogmatisasi, ajakan intoleransi dan ujaran kebencian, banyak orang dengan mudah percaya berita palsu sebagai sesuatu yang nyata sehingga membuat masyarakat terpapar pesan-pesan negatif, kecenderungan dari mereka bisa terdorong melakukan tindakan kekerasan.

Sesuai dengan pernyataan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cahyo Pamungkas menyebut media sosial memiliki peran yang penting dalam mendorong seseorang untuk bersikap intoleran. Perkembangan media sosial yang pesat selain membawa dampak positif juga harus diakui berdampak negatif dalam kaitannya dengan intoleransi di Indonesia.

Salah satu solusi untuk mencegah orang menjadi intoleran karena pesan-pesan di media sosial adalah dengan mengisi ruang tersebut dengan pesan-pesan positif seperti tulisan, foto, video secara konsisten. Konten positif juga bisa berupa kontra-naratif, yakni upaya menghadirkan fakta-fakta atau argumentasi yang membantah kebenaran pesan-pesan negatif yang disampaikan oleh kelompok intoleran.

Keberhasilan kontra-narasi ini, ditentukan oleh pemilihan media atau platform penyebaran yang sesuai, berdasarkan pertimbangan seberapa banyak platform tersebut diakses oleh publik atau kelompok yang menjadi sasaran, serta memilih materi yang dapat memberikan pesan kuat dalam mempromosikan toleransi dan menolak intoleransi agama, suku, dan lainnya di media sosial.

Contohnya, dengan mengunggah kisah indah pertemanan antar orang yang berbeda budaya, suku atau agama selalu menarik sebagai bahan untuk mempromosikan toleransi di media sosial, terutama di tengah maraknya peredaran pesan negatif yang mengajak orang untuk memusuhi dan membenci orang atau kelompok lain. 

Oleh karena itu, sudah saatnya kita bijak dalam bermedia sosial, menciptakan ruang-ruang toleransi dalam bermedia sosial dan tentu saja ikut menyebarkan semangat dan aksi baik tentang toleransi  serta terus meng-counter penyebaran narasi intoleransi di media sosial.

Hal inilah yang disebut dengan aksi menebar benih toleransi di media sosial dengan harapan benih-benih ini akan tersebar dan tumbuh memenuhi ruang media sosial sehingga celah intoleransi dapat tertutup dan bahkan hilang. Penulis yakin bahwa perlu ada lebih banyak orang yang melakukan sesuatu dan aksi nyata untuk #merawattoleransi.

 

Penulis: Muh Ridwan, mahasiswa jurusan Ilmu Hadis Khusus UIN Alauddin Makassar, aktif sebagai Ketua UKM Riset, Keilmuan dan Kemitraan Masyarakat UIN-AM.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.