Menangkal Disinformasi Covid-19 di Media Sosial
Tepatnya awal Maret yang lalu, Covid-19 telah menjangkiti dua orang WNI dan dikonfirmasi langsung oleh Presiden Joko Widodo melalui Istana. Tak lama setelahnya, beragam informasi mulai banyak membanjiri linimasa (daring) mengenai kehadiran Covid-19 di Tanah Air. Tentu hal ini menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat dalam menyikapi wabah Covid-19 yang tengah melanda dunia.
Mencegah penularan coronavirus atau Covid-19 semakin meluas, pemerintah segera mengambil keputusan Social Distancing dalam melawan makhluk hidup tak kasat mata itu. Masyarakat dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak terlalu penting ataupun tidak mendatangi kerumunan dan menjaga jarak antar satu orang dengan orang lain agar tidak terjadi transmisi. Namun tidak berhenti sampai disitu, masyarakat juga dihadapkan dengan maraknya disinformasi Covid-19.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membuat sebagian besar masyarakat melek informasi lewat gadget, terutama informasi terkini Covid-19. Di tengah kecemasan yang melanda masyarakat akan wabah virus corona, segelintir orang justru menambah kisruh dengan menyebarkan informasi bohong (hoaks) mengenai Covid-19.
Media sosial (medsos) merupakan media komunikasi massa sekaligus media yang sering dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi bohong (hoaks), apalagi pengguna medsos di Indonesia kini hampir seluruh penduduk dan dari berbagai kalangan usia. Melansir hasil temuan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) per 18 Mei 2020, terdapat 723 konten hoaks dan disinformasi terkait dengan pandemi corona (Covid-19).
Whatsapp atau WA menjadi media penyebaran disinformasi tertinggi melalui pesan-pesan yang dibagikan melalui grup maupun personal chat. Melawan disinformasi yang merebak luas di Whatsapp, belum lama ini Whatsapp yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan meluncurkan pusat informasi Covid-19 bernama COVID19.GO.ID sebagai rujukan dan informasi terpercaya mengenai perkembangan Covid-19 di Indonesia.
Bukan hanya di Indonesia, Whatsapp juga melakukan hal yang serupa dengan bekerja sama dengan WHO dan berbagai Kementerian Kesehatan di negara-negara yang dilanda wabah Covid-19.
Maraknya informasi yang beredar dan seringkali tanpa disertakan sumber yang jelas membuat bias informasi yang di dapat. Terlebih bila yang disebarkan adalah informasi bohong atau tidak benar akan menimbulkan mispersepsi di masyarakat. Jika tidak di putus rantai penyebarannya maka lebih jauh berdampak salah dalam menilai dan bertindak. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan dan perlu adanya langkah konkrit yaitu menangkal disinformasi yang beredar di masyarakat.
Upaya yang bisa dilakukan masyarakat ataupun individu dalam menangkal disinformasi adalah bersikap skeptis dan kritis akan informasi yang didapatkan. Skeptis adalah sikap tidak mudah percaya akan informasi yang didapatkan sebelum jelas sumbernya dan kritis adalah mempertanyakan segala sesuatu hingga menemukan sumber yang valid.
Saling bahu-membahu dalam mengingatkan agar tidak mudah percaya oleh informasi yang bersifat menghasut maupun berasal dari sumber yang tidak jelas akan meminimalisir persebaran disinformasi.
Selain itu, jangan terburu-buru dalam membagikan informasi yang didapatkan, kenali dahulu informasi yang didapatkan. Pikirkan kembali sebelum membagikan informasi ke orang lain. Bantu hentikan penyebaran informasi yang tidak benar dengan menanyakan kepada pengirim akan informasi yang dibagikannya apakah informasi tersebut terverifikasi atau tidak dan tidak ikut dalam membagikan disinformasi.
Terakhir, jika menemui akun yang terbukti membagikan informasi tidak benar atau tidak akurat, laporkan akun dengan menggunakan fitur pengaduan yang ada pada media sosial.
Dalam menangkal wabah Covid-19 tidak cukup hanya dengan berpangku tangan pada pemerintah semata, melainkan perlu adanya dukungan dan kerjasama dari masyarakat dalam memutus rantai penularan coronavirus dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, menangkal disinfomasi Covid-19 yang kian merebak juga perlu dilakukan agar tidak memperkeruh suasana dan tetap waspada.
Penulis: Ahmad Yudi S, mahasiswa Kesehatan Masyarakat STIKes Respati Tasikmalaya.